LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK I
PERCOBAAN II
KELARUTAN SEMU/TOTAL (APPARENT SOLUBULITY)
OLEH
NAMA : INTAN NUR CAHYANI
NIM :
F1F1 12103
KELAS : C
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN :
BAHARUDDIN
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
KELARUTAN SEMU/TOTAL (APPARENT SOLUBULITY)
A. TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kelarutan bahan obat yang bersifat
asam lemah.
B.
LANDASAN TEORI
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang
peranan penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Lebih dari 50% senyawa
kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik
dari obat-obat hidrofobik menjadi tidak efisien dengan rendahnya daya
kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut di dalam
tubuh. Kelarutan suatu zat berkhasiat yang kurang dari 1 mg/ml mempunyai
tingkat disolusi yang kecil karena kelarutan suatu obat dengan tingkat
disolusi obat tersebut sangat berkaitan. Salah satu cara yang diterapkan oleh
industri farmasi saat ini untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang bersifat
lipofilik atau hidrofobik adalah dengan membuat sediaan emulsi (Jufri, 2004).
Salah satu bahan pengawet yang
sering digunakan dalam makanan adalah asam benzoate (C6H5COOH).
Pengawet ini sangat cocok digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam
seperti saos tomat. Bahan ini bekerja sangat efektif pada pH 2,5 – 4,0 untuk
mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri (Siaka, 2009).
Absorpsi suatu obat dapat didefinisikan sebagai proses
perpindahan obat dari tempat pemberiannya, melewati sawar biologis ke dalam
aliran darah maupun ke dalam sistem limfatik. Absorpsi
obat dapat terjadi dan dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu metode in
vitro, metode in situ dan
metode in vivo. Absorpsi in situ melalui usus halus
didasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus.
Metode ini digunakan untuk mempelajari berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap permeabilitas dinding usus. Pengembangan lebih lanjut dapat digunakan
untuk merancang obat dalam upaya mengoptimalkan kecepatan absorpsinya untuk
obat-obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorpsi (Zulkarnain,
2008).
Kelarutan didefinisikan
dalam besaran kuantatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Kelarutan obat dapat
dinyatakan dlam beberapa cara. Menurut U.S. pharmacopeia dan National
Formulary, defenisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut 1
gram zat terlarut. Sebagai contoh, kelarutan asam borat dalam dikatakan
sebagai: 1 gram asam borat larut dalam 18 ml air, dalam 18 ml alkohol, dan
dalam 4 ml gliserin. Kelarutan secara kuantitatif dinyatakan dalam molalitas, molaritas, dan persentase
(Martin, 1990).
Jumlah maksimum zat terlarut dalam pelarut
disebut kelarutan. Contoh, kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam
yang mudah larut dalam air seperti natrium klorida dan ada pula garam yang
sukar larut dalam air seperti perak kloida (AgCl). Larutan jenuh artinya
pelarut tidak dapat lagi melarutkan natrium klorida (Ratih, 2012).
C.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah:
·
Erlenmeyer 100 dan 300 ml
·
Pipet tetes
·
Corong
·
Filler
·
Timbangan Analitik
·
Pipet volum 10 ml
·
Spatula
·
Batang pengaduk
·
Oven
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah:
·
Asam benzoat
·
Kertas Saring
·
Larutan buffer fosfat dengan pH 4, pH 4.6, pH 5, dan pH 5.6
·
Aquades
D. PROSEDUR KERJA
|
|
|
|
-
Dipipet sebanyak 10 ml
-
Dimasukkan dalam erlenmeyer
-
Ditambahkan asam benzoat masing-masing 0,2 gram
-
Dikocok hingga sebagian larut
-
Disaring menggunakan kertas saring yang telah
ditimbang.
-
Dikeringkan dalam oven - Dibuang
-
Ditimbang
-
Dihitung asam benzoat yang larut
-
Dihitung konsentrasi yang larut
pH 4 = 0.08
pH 4,6 = 0.065
pH 5 = 0,09
pH 5,6 = 0,1
E.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel
Larutan Buffer Fosfat (pH)
|
A
|
B
|
C
|
So
|
S
|
pH 4
|
0,29
|
0,37
|
0,08
|
0,065
|
0,019
|
pH 4,6
|
0,31
|
0,375
|
0,065
|
0,053
|
0,033
|
pH 5
|
0,29
|
0,38
|
0,09
|
0,073
|
0,066
|
pH 5,6
|
0,29
|
0,39
|
0,1
|
0,081
|
0,093
|
Keterangan :
A =
Berat awal kertas saring (gram)
B =
Berat akhir kertas
saring (gram)
C = Asam Benzoat yang Tidak Larut (gr) (Berat Kertas Saring Akhir - Awal)
S0 = Konsentrasi kelarutan intrinsik
S = Konsentrasi
kelarutan semu
2.
Perhitungan
Ø
pH 5.6
Massa asam benzoat yang tidak larut
Massa
asam yang larut benzoat = massa asam benzoat – massa asam
yang tidak larut
=
0,39 g – 0,29 g
=
0,1 g
Menghitung konsentrasi kelarutan intrinsik (S0)
S0 = x
=
x
=
0.081 g/L
Untuk menghitung konsentrasi kelarutan semu (S)
pH = pKa + log
log
= inv log ( pH- pKa ) × (So)
=[( inv log ( 5.6 – 4.19 )) ×(So)] + (So)
( =[( inv log ( 5.6 – 4.19 )) ×0,081] + (0,081)
= (0,149 × 0,081) + 0,081
= 0,012 + 0.081
=
0.093 M
Ø
pH 5
Massa asam benzoat yang tidak larut
Massa
asam yang larut benzoat = massa asam benzoat – massa asam
yang
tidak larut
=
0,38 g – 0,29 g
=
0,09 g
Menghitung konsentrasi kelarutan intrinsik (S0)
S0 = x
=
x
=
0.073 g/L
Untuk menghitung konsentrasi kelarutan semu (S)
pH
= pKa + log
log
= inv log ( pH- pKa ) × (So)
=[( inv log ( 5 – 4.19 )) ×(So)] + (So)
( =[( inv log ( 5 – 4.19 )) ×0,073] + (0,073)
= (-0,091 × 0,073) + 0,073
= -0,0066 + 0,073
= 0,066 M
Ø
pH 4.6
Massa asam benzoat yang tidak larut
Massa
asam yang larut benzoat = massa asam benzoat – massa asam
yang tidak larut
=
0,375 g – 0,31 g
=
0,065 g
Menghitung konsentrasi kelarutan intrinsik (S0)
S0 = x
=
x
=
0.053 g/L
Untuk menghitung konsentrasi kelarutan semu (S)
pH = pKa + log
log
= inv log ( pH- pKa ) × (So)
=[( inv log ( 4.6 – 4.19 )) ×(So)] + (So)
(=[( inv log ( 4.6 – 4.19 )) ×0,053] + (0,053)
= (-0,387 × 0,053) + 0,053
= - 0,020 + 0.053
= 0.033 M
Ø
pH 4
Massa asam benzoat yang tidak larut
Massa
asam yang larut benzoat = massa asam benzoat – massa asam
yang tidak larut
=
0,37 g – 0,29 g
=
0,08 g
Menghitung konsentrasi kelarutan intrinsik (S0)
S0 = x
=
x
=
0.065 g/L
Untuk menghitung konsentrasi kelarutan semu (S)
pH = pKa + log
log
= inv log ( pH- pKa ) × (So)
=[( inv log ( 4 – 4.19 )) ×(So)] + (So)
( =[( inv log ( 4 – 4.19 )) ×0,065] + (0,065)
= 0,019
3.
Kurva
a.
Kurva perbandingan antara pH dengan So (kelarutan Intrinsik)
b.
Kurva perbandingan antara pH dengan S
(kelarutan Semu)
F.
Pembahasan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah
pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.
Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil
ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam
akan mengurangi kelarutan zat. Sering kali zat terlarut lebih larut dalam
campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan
melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan
zat disebut cosolvent.
Kelarutan
semu merupakan keadaan dimana suatu zat terlarut seolah-olah telah larut seluruhnya
dan zat pelarut, namun sebenarnya masih terdapat bagian zat terlarut yang tidak
larut.
Adapun maksud dari
melakukan percobaan ini yang berhubungan dengan bidang farmasi yaitu
untuk melihat bagaimana kelarutan semu pada bahan-bahan obat. Dalam percobaan ini digunakan asam benzoat sebagai zat yang hendak diukur
kelarutan semunya. Untuk mengukur nilai
kelarutan semu asam benzoat, digunakan larutan buffer fosfat dengan berbagai pH
tertentu, yaitu pH 4, 4.6, 5, 5.6. Digunakan larutan buffer fosfat karena
larutan dapar merupakan larutan yang tidak mengalami perubahan pH walaupun
ditambahkan sedikit asam maupun sedikit basa sehingga dapat digunakan sebagai
pelarut untuk melarutkan asam benzoat yang bersifat asam lemah. Penggunaan pH
yang dibuat bervariasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan pH
terhadap kelarutan semu asam benzoat, sehingga variabel bebas dalam hal ini
larutan dapar fosfat harus dibuat bervariasi.
Hasil
percobaan didapatkan hasil bahwa asam benzoat yang larut dalam dapar posfat
dengan pH 4 adalah 0.08 gr, dengan kelarutan intrinsiknya (So) adalah
0.065 M dan konsentrasi kelarutan semunya (S) adalah 0,019 M. Untuk pH 4,6 asam
benzoat yang larut adalah 0.065 gr, sehingga didapat kelarutan intrinsiknya
sebesar 0.053 M dan kelarutan semunya sebesar 0,033 M. Pada pH 5 asam benzoat
yang larut adalah 0.09 gr, maka didapat kelarutan intrinsiknya 0.073 M, dan
kelarutan semu adalah -6.57. Dan hasil percobaan terakhir pada pH 5.6 asam benzoat yang larut sebanyak 0.1, konsentrasi
instrinsik 0.081 M dan kelarutan semu sebanyak 0,093 M.
Pada grafik diatas dapat dilihat semakin tinggi pH
maka harga dari S0 (kelarutan intrinsik) dan harga dari S (kelarutan
semu) semakin tinggi pula, tapi untuk
harga kelarutan instrinsik pH 4.6
kelarutannya mengalami penurunan, kesalahan
ini kemungkinan terjadi
karena berbagai faktor. Faktor yang pertama yaitu mengocok dengan menggunakan
cara manual dimana pada saat pengocokan cara pengocokan dan tenaga yang
digunakan tiap praktikum berbeda-beda. Faktor yang kedua yaitu pada saat
memasukkan asam benzoat ke dalam erlenmeyer ada yang tumpah tidak masuk ke
dalam erlenmeyer atau masih ada asam benzoat yang tersisa pada kertas saring.
Faktor yang ketiga yaitu pada saat pengocokan ada asam benzoat yang menempel
pada dinding erlenmeyer sehingga tidak larut. Dan pada kelarutan semu larutan pH semakin meningkat.
Sifat fisik asam benzoat berbentuk
padat, tidak berbau, tidak berasa, memiliki berat molekul 122.12 g/mol, tidak
berwarna, mengandung pH 1%, titik didih 249.2˚C (480.6°F), titik lebur 122.4°C (252.3°F), tidak memiliki
temperature, bobot jenis 1.2659 (air = 1), memiiki uap diudara 4.21 (udara =1).
G. Kesimpulan
Hasil percobaan yang telah dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh pH terhadap kelarutan bahan obat
yang bersifat asam lemah yaitu mudah larut dimana semakin tinggi harga pH atau
semakin bersifat asam lemah maka kelarutan obat semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Jufri, M., Binu,
A.,Rahmawati, J. 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk Mikroemulsi. Jurnal. Vol. 1. No. 3.
Martin Alfred. et al. 1990. Farmasi
Fisik Edisi Ketiga. Penerbit. Universitas Indonesia. Jakarta
Siaka, I.M. 2009.
Analisis Bahan Pengawet Benzoat Pada Saos
Tomat Yang Beredar Di Wilayah Kota Denpasar. Jurnal Kimia. Vol. 3. No
2-5. Hal.88.
Zulkarnain, Abdul Karim. et al. 2008.
Pengaruh Penambahan Tween 80 dan Polietilen Glikol 400 Terhadap Absorpsi Piroksikam
Melalui Lumen usus in situ. Majalah Farmasi Indonesia. Vol. 19. No. 2.
Ratih Tirta. 2012. Pengertian
Kelarutan dan Hasil kali. http://tirtaratih.blospot.com (diakses tanggal 21 April 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar